UNAIR Blogging Competition

Web
0

Cerita Renungan 'BATU KECIL'

BATU KECIL

          Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya. Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu
lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama. Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.
Alloh kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Seringkali Alloh melimpahi kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat kita menengadah kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat kepadaNya, Alloh sering menjatuhkan "batu kecil" kepada kita

RENUNGAN "Cerita Dari Gunung"

CERITA DARI GUNUNG



Seorang bocah mengisi waktu luang dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si bocah tersandung akar pohon dan jatuh. "Aduhh!" jeritannya memecah keheningan suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut, ketika ia mendengar suara di kejauhan menirukan teriakannya persis sama, "Aduhh!". Dasar anak-anak, ia berteriak lagi, "Hei! Siapa kau?" Jawaban yang terdengar, "Hei! Siapa kau?" Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak berseru, "Pengecut kamu!" Lagi-lagi ia terkejut ketika suara dari sana membalasnya dengan umpatan serupa. Ia bertanya kepada sang ayah, "Apa yang terjadi?" Dengan penuh kearifan sang ayah tersenyum, "Anakku, coba perhatikan." Lelaki itu berkata keras, "Saya kagum padamu!" Suara di kejauhan menjawab, Saya kagum padamu!" Sekali lagi sang ayah berteriak "Kamu sang juara!" Suara itu menjawab, "Kamu sang juara!" Sang bocah sangat keheranan, meski demikian ia tetap belum mengerti. Lalu sang ayah menjelaskan, "Suara itu adalah gema, tapi sesungguhnya itulah kehidupan."
Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakanmu. Dengan kata lain, kehidupan kita adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan kita. Bila kamu ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hatimu.Bila kamu menginginkan tim kerjamu punya kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah kau berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan tapi sebuah bayangan dirimu.

0

Hama, Gulma, dan Penyakit Tanaman (Biologi IX)

 

Hama, Gulma, dan Penyakit Tanaman (Biologi IX) 

 

 

HAMA
 
A.    PENGERTIAN
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan.
Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria.
Dalam pertanian, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian.
B.     CONTOH HAMA PADA TANAMAN
1. Tikus
Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.
Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka berarti sawah tersebut diserang tikus.
Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara – cara sebagai berikut :
a)      Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
b)      Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
c)      Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
d)      Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.
2. Wereng
Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :
a)      Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
b)      Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
c)      Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
3. Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarnahijau kemerah- merahan.
Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu akan berwarna kehitam – hitaman. Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.
a)      Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
b)      Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c)      Penanaman tidak serentak
Pengendalian terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.
a)      Menanam tanaman secara serentak.
b)      Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
c)      Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
d)      Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
e)      Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
f)       Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.
Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
4. Ulat
Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a)      Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
b)      Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
c)      Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.
5. Tungau
Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
C.               PENGENDALIAN HAMA
1.    Secara Kimiawi
Pengendalian hama secara kimiawi merupakan pengendalian hama dengan menggunakan zat kimia. Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Pengendalian hama ini sering dilakukan oleh petani. Olehnya itu pengendalaian hama secara kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah pemerantasan hama dan penyakit.
Permasalahan yang terjadi sekarang, petani semakin cenderung menggunakan pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi yakni dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani akan interaksi tanaman dan musuh-musuh alaminya.

Seiring berkembangnya metode pengendalan hama, ada beberapa macam pestisida, yakni :

a.         fungisida          : pengendali cendawan
b.         insektisida        : pengendali serangga
c.         herbisida          : pengendali gulma
d.         nematisida       : pengendali nematoda
e.         akarisida          : pengendali tungau
f.          ovarisida          : pengendali telur serangga dan telur tungau
g.         bakterisida       : pengendali bakteri
h.         larvasida          : pengendali larva
i.          rodentisida       : pengendali tikus
j.          avisida                         : pengedali burung
k.         mollussida       : pengendali bekicot
l.          sterillant           : pemandul.

Namun begitu, karena pemakaian pestisida yang mudah dan langsung dapat menanggulangi hama, ternyata petisida mempunyai dampak negatif. Adapun damapak negatifnya yakni :

Hama/penyakit/gulma menjadi resisten atau kebal
Semakin sering tanaman disemprot dengan pestisida, maka tanaman semakin kebal. Ini berarti jumlah tanaman yang mati semakin sedikit walaupun disemprot
berkali-kali dengan dosis yang tinggi.
Resurgensi atau timbulnya kembali hama tersebut
Populasi hama /penyakit/gulma tersebut malah menjadi berkembang lebih banyak setelah diperlakukan dengan pestisida. Hal ini disebabkan karena musuh-musuh alami mati sehingga pengaruh pestisida terhadap tanaman tersebut tidak mampu membunuh spora yang tahan, sehingga inilah yang nantinya akan berkembang pesat tanpa ada musuh atau saingan lainnya.
Timbul ledakan hama/penyakit/gulma sekunder.
Akibat penggunaan pestisida yang memusnahkan musuh alami menyebakan timbulnya ledakan populasi hama sekunder.
Musuh alami musnah
 Biasanya musuh-musuh alami ini lebih peka terhadap pestisidadari pada hama/patogen/gulma sasaran. Maka pada setiap aplikasi petisida ini akan mematikan populasinya. Padahal adanya predator akan menetukan keseimbangan ekosistem.
Terbunuhnya makhluk bukan sasaran
 Berbagai jenis makhluk hidup lainnya seperti serangga penyerbuk, saprofit, dan penghuni tanah, ikan, cacing tanah, katak, belut, burung, dan lain-lain ikut mati setelah terkena pestisida tersebut.
Pencemaran lingkungan hidup
Air, tanah, dan udara ikut pula tercemar oleh pestisida. Beberapa pestisida dapat mengalami biodegradasi, dirombak secara biologis dalam tanah dan air.

Residual effect

Dengan aplikasi pestisida yang terlalu banyak, apalagiyang persisten, akan meniggalkan residu dalam tanaman dan produk pertanian (buah, daun, bji, umbi, dan lain sebaganya) tergantung dari jenis pestisida danresidu.

Kecelakaan manusia

          Penggunaan pestisida yang kurang hati-hati dan mencelakakan si pemakai . keracunan melalui mulut dan atau kulit sering terjadi, sehingga membahayakan. Kasus kematian karena keelakaan ini ckup banyak. Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang yang sering menjadi hama tanaman.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses – proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh. Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia menggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan untuk membasmi jamur disebut fungsida.
           Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besat. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin.
          Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah, tikus mempunyai musuh yang memangsanya. Musuh alami tikus ini dapat mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama pertanian.
2.        Secara Biologis
Usaha pengendalian serangan hama yang kerap dilakukan adalah melalui pemberian insektisida. Namun, penggunaan insektisida secara berlebihan akan berdampak terhadap keseimbangan ekosistem. Misalnya, hama menjadi lebih kebal. Artinya, penggunaan bahan kimia secara berlebihan bukan tidak mungkin menyebabkan populasi hama maupun penyakitnya akan semakin bertambah. Selain itu, musuh alami dari hama yang berada di lahan pertanian maupun perkebunan juga akan ikut mati, bahkan terancam punah.

            Pengendalian kimia secara serampangan juga akan menyebabkan penurunan jasad renik. Padahal jasad renik memiliki peran besar sebagai pengurai benda mati menjadi bahan organik yang diperlukan untuk kesuburan tanah. Pengendalian kimia secara berlebihan juga menyebabkan tertinggalnya residu insektisida pada produk pertanian. Hal itu akan sangat membahayakan kesehatan manusia, misalnya menyebabkan kanker dan tumor.

            Upaya mengganti insektisida bisa dilakukan dengan pengendalian hama secara biologis. Menurut Dr Rosichon Ubaidillah MPhil, taksonom serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), pengendalian hama secara biologis menggunakan musuh alami hama. Metode itu diarahkan untuk mengendalikan hama secara alami dengan membiarkan musuh-musuh alami tetap hidup. Cara itu memang ramah lingkungan, tapi hasilnya tampak dalam jangka waktu lama.

              Musuh alami hama bisa berupa pemangsa, parasitoid, dan patogen. Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya.

              Parasitoid adalah serangga yang meletakkan telurnya pada permukaan atau di dalam tubuh serangga lain yang menjadi inang atau mangsanya. Parasitoid sering juga disebut parasit. Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis hama secara spesifik. Salah satu contoh parasitoid ini adalah serangga yang dengan suku Eulophidae.

             Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.

             Cara pengendalian biologis lainya adalah menggunakan musuh alami patogen, yaitu makhluk hidup yang menjangkitkan penyakit pada inang. Dalam kondisi tertentu, seperti kelembapan yang tinggi secara alami, suatu organisme rawan terhadap serangan patogen. Patogen dapat dimanfaatkan untuk dijadikan musuh alami dari hama pertanian. Contoh patogen di antaranya, bakteri, virus, dan jamur.

             Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan. Pasalnya, penggunaan insektisida dapat dikurangi bahkan tidak digunakan sama sekali. Kendati demikian, kunci dari pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari serangga itu sendiri. Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama.

             Hanya saja, kata Rosichon, kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani. Pengendalian biologi yang membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti. Sedangkan perpanjangan tangan dari para peneliti, yaitu Penyuluh Petani Lapangan (PPL) saat ini sudah jarang sekali ditemui di lapangan.
awm/L-2 ASTRO.SU.SE
3.      Secara Fisik
Dalam proses budi daya pertanian tidak terlepas dari apa yang namanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kerugian akibat serangan hama bisa mencapai 37 %, penyakit 35 %, gulma 29 %, dan bahkan akibat yang di timbulkan oleh serangan hama tikus bisa menyebabkan gagal panen (puso).
Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertnian yang berkelanjutan diperlikan cara pengendalian yang tepat. Perangkap bubu termasuk kedalam komponen pengendalian fisik dan mekanik, yang merupakan teknik pengendalian yang palong kuno, dilakukan oleh manusia sejak manusia mengusahakan pertanian. Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung, mematikan, mengganggu aktivitas dan merubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi tidak sesuai bagi kehidupan hama. Pengendalian dengan perangkap bubu aman akan kesehatan manusia dan lingkungan karena tanpa menggunakan bahan kimia yang berbahaya.
Pengendalian hama dengan penghalang/pagar atau barier adalah berbagai ragam factor fisik yang dapat menghalangi atau membatasi pergerakan hyama sehingga tidak menjadi masalah bagi petani. Cara ini menekankan aspek pencegahan terhadap hama yang dating atau yang menyerang, macam penghalang seperti pematang yang tinggi, lobang atau selokan jebakan, parit berisi air, pagar terbuat dari seng, atau lembaran plastic yang dipasang keliling.
Pengendalian dengan perangkap terhadap hama adalah mengupayakan hama bisa masuk/ tertangkap dalam jebakan, sehingga tidak bisa keluar lagi. Macam perangkap bisa dengan zat-zat penarik dari tumbuhan / sintetik sepertieugenol yang dipasang pada aqua untuk menarikdan memangkap hama lalat buah, dengan lubang bubu untuk menangkap hama tikus.
Hama tikus memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan hama yang lain-
Ø      Mempunyai mobilitas
Ø      Mempunyai kemampuan merusak yang besar dalam waktu relative singkat
Ø      Tidak mudah percaya pada benda-benda yang tidak bisa mereka kenal
Ø      Cerdik dalam menaggapi sesuatu.
Tikus merupakan binatang mengerat yang sering menimbulkan kerusakan baik dirumah, digudang diladang maupun disawah bahkan ada jenis tikus yang merusak pada tanaman di pohon. Berdasarkan habitat tempat hidupnya tikus dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
Tikus sawah : ekor lebih panjang dari pada tubuh dan kepala, jumlah putting 12, warna bulu putih keabuan, habitat disawah /ditanggul-tanggul, telapak kaki 2 oasang terpisah satu pasang tidak pada telapak kaki depan.
Tikus rumah : ekor sama dengan tikus rumah, jumlah putting susu 10, warna putih kehitaman, habitat ruamg tertutup di gudang/rumah, telapak kaki 3 pasang berbantl terpisah.
Tikus pohon : hamper sama dengan tikus rumah, jumlah putting susu 10, warna putih keabuan, habitat dipohon/lading.
Pengendalian hama tikus dengan perangkap bubu.
Perangkap bubu merupakan satu cara pengendalian komponen fisik dan mekanis, tekni ini merupakan gabungan dari penghalang  Barier dan perangkap. Perangkap dibuat sedemikian rupa meniru bubu perngakap ikan, begitu tikus masuk makan tidak bisa keluar lagi.
Bahan Kawat strimin (lubang 1 cm), kawat strimin (lubang 0,5 cm), kawat besar Diameter 3-4 mm, kawat kecil diameter 1 mm, plastic putih yang tembus cahaya 14 %, kayu reng ukuran 2×3 cm tinggi 1 meter.
Cara membuatnya
1.      Kawat besar 3-4 mm dibuat kerangka panjang 40 cm lebat dan tinggi 25 cm.
2.      Kawat Strimin lubang1 cm di bentuk kotak sesuai dengan kerangka no 1
3.      Strimin lubang 0,5 cmdibuat selongsong dengan ukuran disesuaikan dengan lubang pada liang tikus pada bagian ujung mengerucut panjang 25 cm
4.      Selongsong no 3 dipasang oada salah satu sisi yang ukuranya 25 cm denganbagian ujung diposisikan pada tengah-tengah kotak strimin
5.      Semua pertemuan kawat kerangka dengan kawat strimin  diikat dengan kawat strimin diameter 1 mm
6.      Dibuat jendela pada salah satu sisi  untuk mengeluarkan tikus yang tertangkap.
Cara memasangnya
1.      Pemasangan pagar barier dari plastic degan menggunakan tiang dari kayu reng
2.      Bentangkan plastic gara hasilnya lebih tegak, maka dibuat lebar /tinggi 70 cm diatas tanah dan dibenamkan 25 cm jarak antara tiang 2 meter yang ditancapkan pada tanah
3.      Setelah plastic terpasang mengelilingi petakan , plastic tersebut diberi lubang yang disamakan dengan lubang selongsong  bubu dan dipilih tempat dimana tikusss sering lewat
4.      Bubu di pasag pada bentangan plastic  yang telah di lubangi jarak antar bubu 20 meter dan bubu diletakan pada bagian dalam pagar plastic
5.      Diharapkan tikus yang akan masuk kepetakan dapat tertangkap dan juga dipasang pada bagian luar diharapkan apabila tikus yang mau keluar bisa tertangklap pula.
Cara pengefektifkan perangkap bubu
1.      Perangkap bubu dipasang poada tempat dimana tikus sering lewat
2.      Dilakukan pengamatan setiap pagi hari
3.      Lakukan pengecekan dilahan karena perangkapbisa  bergeser
4.      Bahan pembuat perangkap harus dipilih bahan yang kuat
5.    Pemasangan perangkap harus seawall mungkin
6.      Dilaksanakan secara luas dan seimbang
7.      Dikombinasikan dengan pengendalian hama yang lain dalam rangka PHT.
GULMA
A.     PENGERTIAN
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma. Macam-macam gulma Biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok:
  • gulma teki-tekian
  • gulma rumput-rumputan
  • gulma daun lebar.
Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus untuk mengendalikannya.

Gulma teki-tekian

Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus moritimus.
Gulma rumput-rumputan
Gulma adalah sebagai tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal gilma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaf). Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari famili gramineae (poaceae). Ukuran gulma golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun., contoh gulama rerumputan Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus compressus dan masih banyak lagi. Golongan teki-tekian kebanykan berasal dari famili Cyperaceae. Golongan ini dari penampakanya hampir mirip dengan golongan rerumputan, bedanya terletak pada bentuk batangnya. Batang dari golongan teki-tekian berbentuk segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping didalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyprus rotundus, Cyprus compresus. Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania spp, Ageratum conyzoides, Euparotum odorotum. Berdaarkan habita tunbuhanya, dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma yang hidu didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau tahunan (tidak terbatas). Penyebaranya dapat melalui biji atau dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum conyzoides, Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes, Silvinia) spp, gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).

Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).

Daftar Gulma yang hidup pada hutan DIPTEROKARPA Indonesia

Pengendalian gulma

Pengendalian gulma merupakan subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma dilakukan:
  • jenis gulma dominan
  • tumbuhan budidaya utama
  • alternatif pengendalian yang tersedia
  • dampak ekonomi dan ekologi
Kalangan pertanian sepakat dalam mengadopsi strategi pengendalian gulma terpadu untuk mengendalikan pertumbuhan gulma. Agensi pengendali gulma dinamakan herbisida (herbicide).
B.     PENGENDALIAN GULMA
1.      Secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Selain itu manfaat pengendalian ini memungkinkan pembasmian hingga mencapai daerah perakaran. Keadaan ini akan mematikan gulma. Perkecambahan individu baru gulma akan muncul relatif lebih lama setelah beberapa bulan pengendalian dibandingkan cara pengendalian lainnya. Gulma yang terkena racun herbida akan mati, dengan demikian individu produktif akan berkurang, bahkan akan habis jika pengendalian dilakukan dengan cermat dan akurat. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar, selain itu penggunaan khemikalia yang kurang tepat juga akan berdampak terhadap peningkatan daya tahan individu gulma.. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup. Pengendalian khemikalia sangat efektif untuk tujuan mematikan induk penghasil benih, dan juga seedling-seedling muda.
       Praktikum tentang pengendalian gulma yang telah dilaksanakan adalah pengendalian cara kimiawi dengan herbisida yaitu dengan penyemprotan. Tentang arah penggunaan herbisida dengan alat penyemprotan dapat diberikan secara :
-         langsung pada gulmanya
-         langsung pada gulma yang tumbuh terpencar
-         langsung pada gulma dalam larikan
-         diberikan di atas tanaman
-         diberikan pada keseluruhan tanaman dan gulma
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah 1 semprotan per ha. Metode penyemprotan yang dirasa agak tepat adalah penyemprotan yang telah diketahui ukurannya. Diawali dengan tangki penuh dan pengukuran 1 yang diperlukan untuk mengisi kembali tangki setelah penyemprotan sebuah ukuran luas yang diketahui, 1 per ha dapat dengan cepat dihitung. Ukuran dari luasan yang disemprot membutuhkan luasan yang cukup untuk memberikan pengukuran yang tepat dari semprotan yang dipergunakan. Perlu diperhatikan bahwa kecepatan dan tekanan tidak boleh terlalu berbeda dengan penyemprotan lapang yang sesungguhnya.
Penyemprotan membutuhkan alat penyemprot dan larutan herbisida yang disemprotkan. Larutan herbisida dapat pula ditentukan. Penentuannya dengan menghitung. Untuk keperluan ini ditentukan beberapa pengertian tentang bahan aktif, ekuivalen asam, ppm dan % kadar.
Sebelum penyemprotan, tindakan yang penting untuk diingat adalah menjaga agar penyemprotan secara myeluruh harus bersih. Jelasnya, tangki harus bersih dari bekas penggunaan sebelumnya. Larutan harus homogen, kaliberasi seyogyanya dilaksanakan beberapa kali.
2.      Secara Biologis
Pengendalian gulma secara biologi adalah pengendalia gulma dengan memanfaatkan serangga hama yang dapat menghambat pertumbuhan gulma itu sendiri. Serangga itu didatangkan ke suatu daerah/lingkungan yang baik untuk pertumbuhannya. Dalam pengendalian ini, syarat yang diperlukan adalah :
- aktifitas dan penyebaran binatang tersebut dapat diatur dan dikuasai.- harus monofag dan tidak ada inang alternatif yang berupa tanaman budidaya.
- areal yang cukup luas
- harus aman

Syarat tersebut harus diperhatikan, jagan sampai pengendalian serangganya lebih sulit dari pada pengendalian gulma itu sendiri. Dan apabila syarat tersebut telah dipenuhi, maka pengendalian biologi adalah cara yang palig baik dan aman.
Beberapa contoh pengendalian gulma secara biologi :
- Mimosa pigra :
a. Acanthoscellides quadridentatus (Coleoptera : Chrysomelidae)
b. Carmenta mimosa (Lepidoptera : Sesiidae)
c. Chalcodermus serripes (Coleopetra : Curculionidae)
d. Sibinia spp. (Coleptera : Curculionidae), membentuk pupa dalam Mimosa dan dapat menyerang kuncup bunga.

- Chromolaena odarata
a. Pareuchaetes Pseudoinsulata (Lepidoptera : Arctidae)
menggerek : diluar jaringan (menggigit mengunyah)
menggorok : berada di dalam jaringan. Bagian daun yang terserang akan berwarna kuning dan pada akhirnya layu dan mati.
b. Pentispa expelanta ( Coleoptera : Chrysomelidae)
meletakkan telut pada permukaan jaringan epidermis daun dan memakan daun, daun berbentuk seperti renda-renda (larva). Mamakan daun dan batang (imago).

- Micania micrantha
a. Apion sp. (Coleoptera : Apionidae)
meletakkan telur pada bunga dan memakan kepala putik.

- Mimosa invisa
a. Psygidia walkeri (Lepidoptera : Cercophanidae)
memkan semua bagian tanaman
b. Scamurius sp. (Hemiptera : Coreidae)
menyerang pada vase vegetatif dan pembungaan.
3.        Secara Fisik
   Gulma yang selalu tumbuh di sekitar pertanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya. Pengendalian gulma hendaknya dilaksanakan jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu. Dengan pengalaman pengetahuan tersebut, pengendailan gulma dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu dengan cara mekanik, biologis, preventif, kultur teknis, ekologis, terpadu, kimiawi (Moenandir, 1988).

       Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Teknik pengendalian ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Cara ini umumnya cukup baik dilkaukan pada berbagai jenis gulma setahun, tetapi pada kondisi tertentu juga efektif bagi gulma-gulma tahunan (Sukman dan Yakup, 1991).

        Pencabutan dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan merupakan cara yang praktis, efesien, dan terutama murah jika diterapkan pada suatu area yang tidak luas, seperti di halaman, dalam barisan dan guludan di mana alat besar sulit untuk mencapainya dan di daerah yang cukup banyak tenaga kerja. Pencabutan dengan tangan ditujukan pada gulma annual dan biennial. Untuk gulma perennial pencabutan semacam ini mengakibatkan terpotong dan tertinggalnya bagian di dalam tanah yang akhirnya kecambah baru dapat tumbuh. Pencabuatn bagi jenis gulma yang terakhir ini menjadi berulang-ulang dan pekerjaan menjadi tidak efektif. Pelaksanaan pencabutan terbaik adalah pada saat sebelum pembentukan biji (Moenandir, 1988).

         Pengendalian gulma secara manual merupakan salah satu teknik yang sering diterapkan di perkebunan atapun pada budidaya tanaman lainnya. Teknik ini mempunyai keunggulan, yaitu : (a) hasilnya cepat terlihat, (b) mudah untuk dilaksanakan, (c) menghindarkan dampak polusi lingkungan. Pada lahan-lahan yang sempit, pengendalian secara manual memberikan hasil yang efektif dan efesien. Pengendalian secara manual juga memiliki kelemahan, yaitu : (a) membutuhkan tenaga kerja yang relatif banyak, (b) pada beberapa kondisi dapat menyebabkan tejadinya erosi permukaan dan perlukaan akar.

Ada beberapa istilah dalam pengendalian secara manual, yaitu :
• Babat dumpes, pembabatan gulma dengan parang pada ketinggian 15-25 cm dari permukaan tanah.
• Babat merah, pembabatan gulma secara total sampai permukaan tanah terlihat.
• Dongkel Anak Kayu (DAK), yaitu melakukan pencabutan gulma hingga ke akarnya, dilakukan     pada gulma-gulma berkayu.

PENYAKIT TANAMAN
A.    PENGERTIAN
 Kehidupan mahluk di dunia ini selalu tergantung dari dunia tumbuhan secara langsung maupun tidak langsung. Tumbuhan dapat memanfaatkan sumber energi matahari dan mengolahnya bersama, zat-zat lainnya menjadi zat makanan yang sangat berguna untuk mahluk hidup. Selain tumbuhan dapat menghasilkan bahan pangan bagi rnanusia dan mahluk lainnya, juga melengkapi keperluan hidup kita dengan bahan sandang dan papan serta bahan untuk keperluan hidup lainnya.
Secara tidak langsung tumbuhan berguna untuk mengatur tata air dalam tanah dan mempertahankan kes uburan tanah terhadap bahaya erosi. Selain itu sebagai akibat proses asimilasi maka tumbuhan dapat mengisi kekurangan atmosfir akan zat oksigen.
Dengan demikian dapat dipahami akan ketergantungan kehidupan kita akan tumbuhan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan sudah makin terbatasnya areal yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yang berguna, maka dunia kita menghadapi berbagai kesulitan untuk memenuhi keperluan hidup dan memberi kesejahteraan penduduk dunia.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan pangan saja untuk penduduk dunia yang berjumlah 3 milyar pada waktu sekarang kita telah mendapat kesulitan dan kita sudah dapat membayangkan kesulitan yang akan kita hadapi pada tahun 2000 nanti dimana penduduk dunia sudah meningkat lagi sampai sekitar 5 milyar jumlahnya sedang luas areal pertanian makin terbatas. Keterbatasan ini di sebabkan karena antara lain, perluasan pemukiman dan areal perindustrian, adanya hutan lindung, banyak tanah yang rusak karena salah pengelolaan dan sebagainya. Dengan demikian peningkatan produksi pertanian diwaktu yang akan datang diharapkan dari penambahan hasil per satuan luas dan per satuan waktu.
Berbagai usaha dibidang pertanian telah dilakukan secara simultan seperti pemakaian jenis ungul, pengairan yang cukup, pengerjaan tanah serta pemeliharaan tanaman yang memenuhi persyaratan dan pemberantasan hama penyakit tumbuhan.
Kesemua tindakan tersebut perlu mendapat perhatian yang sama. Karena jika tidak demikian, maka segi yang kurang mendapat perhatian akan menjadi faktor pembatas termasuk gangguan hama dan penyakit tumbuhan.
Gangguan terhadap tanaman telah terjadi sejak berabad-abad lamanya. Dalam sejarah telah tercatat berbagai kejadian yang telah mempengaruhi perekonomian negara seperti antara lain.
·         Penyakit daun kentang (Phytophtora infestans) di Irlandia pada pertengahan abad ke 19.
·         Penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) di Srilangka, Indonesia dan negara-negara sekitarnya pada akhir abad ke 19
·         Penyakit cacar daun teh (Exobasidium vexans) di India, Srilangka, Indonesia dan negara-negara disekitarnya pada pertengahan abad ke 20
·         Penyakit denegerasi pada jeruk yang lebih terkenal dengan CPVD pada tahun 1950-an.
Selain itu masih banyak lagi penyakit yang menjadi bahaya potensial diwaktu yang akan datang biak yang sekarang sudah berada di negara lain dan belum rnasuk ke Indonesia atau sudah berada di negara kita, tapi rnasih tergolong penyakit yang belum mempunyai arti ekonomi penting. Gangguan tersebut akan masih terasa jika digunakan kultivar tanaman tertentu secara luas dengan teknologi maju. Banyak diantara kultivar tanaman yang dapat berproduksi tinggi tidak tahan terhadap penyakit-penyakit penting. Atau walaupun dapat diketemukan kultivar yang tahan hanya terbatas terhadap satu atau beberapa macam penyakit saja sedangkan sering terjadi, satu macam tanaman dapat terganggu pertumbuhannya oleh berbagai macam penyakit. Gangguan penyakit tidak. saja terbatas di pertanaman, tetapi terdapat pula diternpat penyimpanan, ditempat pemasaran dan sebagainya. Jadi akan sangat berbahaya sekali usaha peningkatan produksi pertanian, tidak memperhatikan terhadap kemungkinan adanya gangguan oleh penyakit tumbuhan.
Menurut taksiran kasar di Amerika Serikat kehilangan hasil bahan makanan oleh gangguan penyakit berkisar sekitar 6 - 20 persen. Sebagai contoh dapat dikemukakan taksiran kerugian pada tahun 1965 oleh penyakit di Amerika Serikat setiap tahunnya untuk berbagai komoditi pangan sebagai berikut:
Kentang
24%
Gandum
28%
Buah-buahan
30%
Jagung
15%
Kacang-kacangan
22%
Bunga-bungaan
15%
Tebu
14%
Padi
6%
Khusus mengenai penyakit padi yang banyak merugikan di Amerika Serikat ialah cendawan Piricularia oryzae kemudian menyusul busuk akar yang disebabkan oleh berbagai patogen, Helminthosporium oryzae, Coshiobolus miyabeanus, Cercospora oryzae, Leptospaeria salvini, Rhizoctonia oryzae, dan sebagainya.
Untuk negara-negara Asia termasuk Indonesia besarnya kerugian produksi padi oleh gangguan hama, penyakit dan tanaman pengganggu keseluruhannya berjumlah sekitar 57 persen sedangkan kerugian oleh penyakit sendiri sebesar 10 persen. Diantara negara Asia hanya Jepang yang telah dapat menekan kerugian oleh gangguan tersebut hingga 13 persen termasuk kerugian oleh penyakit sendiri sebesar 4 persen.
Jika keadaan lingkungan memungkinkan untuk perkembangan penyakit, maka kerugian akan lebih besar lagi sehingga dapat menggagalkan panen. Banyaknya kerugian karena penyakit ini disebabkan antara lain, karena kemungkinan penggunaan benih yang kurang baik, pemeliharaan tanaman yang tidak memadai, cara penyimpanan dan pengangkutan ying kurang sempurna, serta kurangnya usaha penanggulangan penyakit.
Akibat dari kerugian penyakit tumbuhan tersebut tidak saja mempengaruhi bidang ekonomi, tapi jika menyangkut kepentingan masyarakat luas akan mengakibatkan ketenteraman hidupnya terganggu. Dengan demikian perlu selalu diperhatikan terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dibidang produksi pertanian termasuk gangguan yang disebabkan oleh penyakit tumbuhan.
B.  PENGENDALIAN
  1. Pembasmian hama dan penyakit tanaman secara mekanik
Adapun contoh cara pembasmian hama dan penyakit  tanaman secara mekanik pada beberapa kasus seperti:
a)      mengatasi serangan hama tikus dengan cara Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya, selain itu dapat dengan cara  menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bagi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
b)      Mengatasi hama wereng, dengan pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
c)      Mengatasi hama ulat, yaitu dengan menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi, atau dengan membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
d)      Mengatasi hama tungau, Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
e)      Penyakit pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzea, penyakit yang menyebabkan daun pedi menguningb disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea, Penyakit yang disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica yang  kadang – kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati, semuanya dapat dibasmi dengan cara memisahkan tanaman yang terserang penyakit. Namun hal ini harus dilakukan sejak dini sebelum penyakit menyebar ketanaman yang da disekitarnya.
f)        Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Penanaman menggunakan bibit unggul akan membantu tanaman untuk bertahan dari segala penyakit tanaman.
g)      Mengusahakan tanaman selalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi segala kebutuhan zat haranya, sebagia salah satu cara menghindarkan tanaman dari penyakit
h)      Memperhatikan tumbuhan sesering mungkin sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin.
2.   Pembasmian hama dan penyakit tanaman secara biologis
Adapun pengendalian hama dan penyakit secara biologis yaitu pada beberapa kasus
seperti:
a)      membasmi hama tikus dengan menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular, elang, dan lain-lain.
b) Pengandalian hayati hama wereng dengan menggunakan musuh alami nya, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata
c)      Pengendalian hayati hama walang sangit dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
d)      Memelihara burung, semua burung tam`n kecil berkontribusi untuk menjaga kebun Anda dari siput dan ulat. Burung tidak cocok untuk daerah persawahan.
e)      Katak dan kodok adalah pengendali yang sangat baik – terutama semut, tetapi jika Anda meletakkan  ke kebun anda, ingatlah bahwa, mereka amfibi dan memerlukan akses ke air bersih dan lingkungan yang lembab, dan dengan kulit berpori mereka, sangat rentan terhadap bahan kimia
f)        Menanam bawang putih akan melindungi tanaman lainnya yang ada disampingnya. Hama dari segala jenis akan menjauh. Namun Jangan tanam kacang berdekatan dengan bawang putih
g)      Menanam tomat dekat dengan Basil akan mengusir cacing dan lalat.
h)      Untuk melindungi kubis, kembang kol, brokoli, dan kubis Brussel dari ngengat kubis, gunakan mint, sage, dill, dan thyme. Pengecualian, Jangan dekatkan tanaman kubis dengan stroberi.
i)        Untuk membasmi penyakit tanamn dapat menggunakan pestisida biologis, seperti pestisida yang terbuat dari biji buah jarak, dan Getah Nimba yang bias cdidapat dengan cara memeras pohon nimba atau – indica Juss Azadiracta – tepatnya.
Pada dasarnya akan ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk melindungi tanaman anda dari  hama dan penyakit tanaman tanpa harus menggunakan Pestisida. Gunakan Pestisida sebagai cara terakhir untuk membasmi hama dan penyakit tanaman. Serta patuhi tata cara penggunaan pestisida itu sendiri.
Back to Top