Hama, Gulma, dan Penyakit Tanaman (Biologi IX)
HAMA
A. PENGERTIAN
Hama adalah
organisme
yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari
manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik
istilah ini paling sering dipakai hanya kepada
hewan.
Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada
ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi
vektor penyakit bagi manusia, seperti
tikus dan
lalat yang membawa berbagai
wabah, atau
nyamuk yang menjadi vektor
malaria.
Dalam
pertanian,
hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan
secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang
menyebabkan kerugian dalam pertanian.
B. CONTOH HAMA PADA TANAMAN
1. Tikus
Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal
ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi,
mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa
reproduksi yang relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah
banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan
yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.
Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang disarang tidak
hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para
tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan para petani adalah
gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan
biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan
sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka
berarti sawah tersebut diserang tikus.
Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara – cara sebagai berikut :
a) Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
b) Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
c) Menanam
tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan
pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan
setelah tanaman dipanen.
d) Menggunakan rodentisida
(pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi
jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus.
Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan
berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga
berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.
2. Wereng
Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan
berlubang – lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng
ini dapat dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :
a) Pengaturan
pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun
dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus
siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah
dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
b) Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
c) Pengandalian
kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara
lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan
sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.
3. Walang Sangit
Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakansalah satu hama yang
juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan
terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarnahijau kemerah-
merahan.
Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang
sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji iu
akan berwarna kehitam – hitaman. Faktor – faktor yang mendukung yang
mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.
a) Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
b) Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c) Penanaman tidak serentak
Pengendalian terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.
a) Menanam tanaman secara serentak.
b) Membersihkan
sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak
menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
c) Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
d) Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
e) Melakukan
pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba –
laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
f) Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.
Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago),
tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih
lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah
mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna
karbohidrat.
4. Ulat
Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan
benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika
menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat.
Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang,
terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa
rangka atau tulang daunya saja.
Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a) Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
b) Menggenangi
tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan
bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
c) Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.
5. Tungau
Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk
mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau.
Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian
daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara
mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan
dibakar.
C. PENGENDALIAN HAMA
1. Secara Kimiawi
Pengendalian hama secara kimiawi merupakan pengendalian hama
dengan menggunakan zat kimia. Pengendalian hama ini biasa dilakukan
dengan penyemprotan zat kimia pada bagian tumbuhan. Pengendalian hama
ini sering dilakukan oleh petani. Olehnya itu pengendalaian hama secara
kimiawi sering dimasukkan ke dalam langkah pemerantasan hama dan
penyakit.
Permasalahan yang terjadi sekarang, petani semakin cenderung menggunakan
pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi yakni dengan
pestisida. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan petani akan
interaksi tanaman dan musuh-musuh alaminya.
Seiring berkembangnya metode pengendalan hama, ada beberapa macam pestisida, yakni :
a. fungisida : pengendali cendawan
b. insektisida : pengendali serangga
c. herbisida : pengendali gulma
d. nematisida : pengendali nematoda
e. akarisida : pengendali tungau
f. ovarisida : pengendali telur serangga dan telur tungau
g. bakterisida : pengendali bakteri
h. larvasida : pengendali larva
i. rodentisida : pengendali tikus
j. avisida : pengedali burung
k. mollussida : pengendali bekicot
l. sterillant : pemandul.
Namun begitu, karena pemakaian pestisida yang mudah dan langsung dapat
menanggulangi hama, ternyata petisida mempunyai dampak negatif. Adapun
damapak negatifnya yakni :
Hama/penyakit/gulma menjadi resisten atau kebal
Semakin sering tanaman disemprot dengan pestisida, maka tanaman semakin
kebal. Ini berarti jumlah tanaman yang mati semakin sedikit walaupun
disemprot
berkali-kali dengan dosis yang tinggi.
Resurgensi atau timbulnya kembali hama tersebut
Populasi hama /penyakit/gulma tersebut malah
menjadi berkembang lebih banyak setelah diperlakukan dengan pestisida.
Hal ini disebabkan karena musuh-musuh alami mati sehingga pengaruh
pestisida terhadap tanaman tersebut tidak mampu membunuh spora yang
tahan, sehingga inilah yang nantinya akan berkembang pesat tanpa ada
musuh atau saingan lainnya.
Timbul ledakan hama/penyakit/gulma sekunder.
Akibat penggunaan pestisida yang memusnahkan musuh alami menyebakan timbulnya ledakan populasi hama sekunder.
Musuh alami musnah
Biasanya musuh-musuh alami ini lebih peka
terhadap pestisidadari pada hama/patogen/gulma sasaran. Maka pada setiap
aplikasi petisida ini akan mematikan populasinya. Padahal adanya
predator akan menetukan keseimbangan ekosistem.
Terbunuhnya makhluk bukan sasaran
Berbagai jenis makhluk hidup lainnya seperti
serangga penyerbuk, saprofit, dan penghuni tanah, ikan, cacing tanah,
katak, belut, burung, dan lain-lain ikut mati setelah terkena pestisida
tersebut.
Pencemaran lingkungan hidup
Air, tanah, dan udara ikut pula tercemar oleh
pestisida. Beberapa pestisida dapat mengalami biodegradasi, dirombak
secara biologis dalam tanah dan air.
Residual effect
Dengan aplikasi pestisida yang terlalu banyak,
apalagiyang persisten, akan meniggalkan residu dalam tanaman dan produk
pertanian (buah, daun, bji, umbi, dan lain sebaganya) tergantung dari
jenis pestisida danresidu.
Kecelakaan manusia
Penggunaan pestisida yang kurang
hati-hati dan mencelakakan si pemakai . keracunan melalui mulut dan atau
kulit sering terjadi, sehingga membahayakan. Kasus kematian karena
keelakaan ini ckup banyak. Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup
tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau
organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut hama
karena mereka mengganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang,
ulat, wereng, tikus, walang sangit merupakan beberapa contoh binatang
yang sering menjadi hama tanaman.
Gangguan terhadap tumbuhan yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan
jamur disebut penyakit. Tidak seperti hama, penyakit tidak memakan
tumbuhan, tetapi mereka merusak tumbuhan dengan mengganggu proses –
proses dalam tubuh tumbuhan sehingga mematikan tumbuhan. Oleh karena
itu, tumbuhan yang terserang penyakit, umumnya, bagian tubuhnya utuh.
Akan tetapi, aktivitas hidupnya terganggu dan dapat menyebabkan
kematian. Untuk membasmi hama dan penyakit, sering kali manusia
menggunakan oat – obatan anti hama. Pestisida yang digunakan untuk
membasmi serangga disebut insektisida. Adapun pestisida yang digunakan
untuk membasmi jamur disebut fungsida.
Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat
harus secara hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang
berlebihan dan tidak tepat justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih
besat. Hal itu disebabkan karena pestisida dapat menimbulkan kekebalan
pada hama dan penyakit. Oleh karena itu pengguna obat – obatan anti hama
dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal dan sebijak mungkin.
Secara alamiah, sesungguhnya hama mempunyai musuh yang dapat
mengendalikannya. Namun, karena ulah manusia, sering kali musuh alamiah
hama hilang. Akibat hama tersebut merajalela. Salah satu contoh kasus
yang sering terjadi adalah hama tikus. Sesungguhnya, secara ilmiah,
tikus mempunyai musuh yang memangsanya. Musuh alami tikus ini dapat
mengendalikan jumlah populasi tikus. Musuhnya tikus itu ialah Ular,
Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang – binatang tersebut
ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki pemangsa
alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan menjadi hama
pertanian.
2. Secara Biologis
Usaha pengendalian serangan hama yang kerap dilakukan adalah melalui
pemberian insektisida. Namun, penggunaan insektisida secara berlebihan
akan berdampak terhadap keseimbangan ekosistem. Misalnya, hama menjadi
lebih kebal. Artinya, penggunaan bahan kimia secara berlebihan bukan
tidak mungkin menyebabkan populasi hama maupun penyakitnya akan semakin
bertambah. Selain itu, musuh alami dari hama yang berada di lahan
pertanian maupun perkebunan juga akan ikut mati, bahkan terancam punah.
Pengendalian kimia secara serampangan juga akan menyebabkan
penurunan jasad renik. Padahal jasad renik memiliki peran besar sebagai
pengurai benda mati menjadi bahan organik yang diperlukan untuk
kesuburan tanah. Pengendalian kimia secara berlebihan juga menyebabkan
tertinggalnya residu insektisida pada produk pertanian. Hal itu akan
sangat membahayakan kesehatan manusia, misalnya menyebabkan kanker dan
tumor.
Upaya mengganti insektisida bisa dilakukan dengan
pengendalian hama secara biologis. Menurut Dr Rosichon Ubaidillah MPhil,
taksonom serangga dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
pengendalian hama secara biologis menggunakan musuh alami hama. Metode
itu diarahkan untuk mengendalikan hama secara alami dengan membiarkan
musuh-musuh alami tetap hidup. Cara itu memang ramah lingkungan, tapi
hasilnya tampak dalam jangka waktu lama.
Musuh alami hama bisa berupa pemangsa, parasitoid, dan
patogen. Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang
selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri
pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya. Jenis pemangsa,
antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil
lainnya.
Parasitoid adalah serangga yang meletakkan telurnya
pada permukaan atau di dalam tubuh serangga lain yang menjadi inang
atau mangsanya. Parasitoid sering juga disebut parasit. Kebanyakan
serangga parasitoid hanya menyerang jenis hama secara spesifik. Salah
satu contoh parasitoid ini adalah serangga yang dengan suku Eulophidae.
Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau
bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid
menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya. Setelah itu keluar
meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.
Cara pengendalian biologis lainya adalah menggunakan musuh
alami patogen, yaitu makhluk hidup yang menjangkitkan penyakit pada
inang. Dalam kondisi tertentu, seperti kelembapan yang tinggi secara
alami, suatu organisme rawan terhadap serangan patogen. Patogen dapat
dimanfaatkan untuk dijadikan musuh alami dari hama pertanian. Contoh
patogen di antaranya, bakteri, virus, dan jamur.
Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan
lebih ramah lingkungan. Pasalnya, penggunaan insektisida dapat dikurangi
bahkan tidak digunakan sama sekali. Kendati demikian, kunci dari
pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek
biologi dari serangga itu sendiri. Aspek biologi dari serangga antara
lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi
tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk
pengendalian hama.
Hanya saja, kata Rosichon, kelemahan dari pengendalian
biologi adalah penerapannya di level petani. Pengendalian biologi yang
membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti. Sedangkan
perpanjangan tangan dari para peneliti, yaitu Penyuluh Petani Lapangan
(PPL) saat ini sudah jarang sekali ditemui di lapangan.
awm/L-2 ASTRO.SU.SE
3. Secara Fisik
Dalam proses budi daya pertanian tidak terlepas dari apa yang namanya
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kerugian akibat serangan hama bisa
mencapai 37 %, penyakit 35 %, gulma 29 %, dan bahkan akibat yang di
timbulkan oleh serangan hama tikus bisa menyebabkan gagal panen (puso).
Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar
produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha –usaha manusia
untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan
secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan pendekatan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT), yaitu memilih suatu cara atau
menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan
secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang
tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertnian yang berkelanjutan
diperlikan cara pengendalian yang tepat. Perangkap bubu termasuk kedalam
komponen pengendalian fisik dan mekanik, yang merupakan teknik
pengendalian yang palong kuno, dilakukan oleh manusia sejak manusia
mengusahakan pertanian. Pengendalian fisik dan mekanik merupakan
tindakan yang dilakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak
langsung, mematikan, mengganggu aktivitas dan merubah lingkungan
sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi tidak sesuai bagi
kehidupan hama. Pengendalian dengan perangkap bubu aman akan kesehatan
manusia dan lingkungan karena tanpa menggunakan bahan kimia yang
berbahaya.
Pengendalian hama dengan penghalang/pagar atau barier adalah berbagai
ragam factor fisik yang dapat menghalangi atau membatasi pergerakan
hyama sehingga tidak menjadi masalah bagi petani. Cara ini menekankan
aspek pencegahan terhadap hama yang dating atau yang menyerang, macam
penghalang seperti pematang yang tinggi, lobang atau selokan jebakan,
parit berisi air, pagar terbuat dari seng, atau lembaran plastic yang
dipasang keliling.
Pengendalian dengan perangkap terhadap hama adalah mengupayakan hama
bisa masuk/ tertangkap dalam jebakan, sehingga tidak bisa keluar lagi.
Macam perangkap bisa dengan zat-zat penarik dari tumbuhan / sintetik
sepertieugenol yang dipasang pada aqua untuk menarikdan memangkap hama
lalat buah, dengan lubang bubu untuk menangkap hama tikus.
Hama tikus memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan hama yang lain-
Ø Mempunyai mobilitas
Ø Mempunyai kemampuan merusak yang besar dalam waktu relative singkat
Ø Tidak mudah percaya pada benda-benda yang tidak bisa mereka kenal
Ø Cerdik dalam menaggapi sesuatu.
Tikus merupakan binatang mengerat yang sering menimbulkan kerusakan baik
dirumah, digudang diladang maupun disawah bahkan ada jenis tikus yang
merusak pada tanaman di pohon. Berdasarkan habitat tempat hidupnya tikus
dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
Tikus sawah : ekor lebih panjang dari pada tubuh dan kepala,
jumlah putting 12, warna bulu putih keabuan, habitat disawah
/ditanggul-tanggul, telapak kaki 2 oasang terpisah satu pasang tidak
pada telapak kaki depan.
Tikus rumah : ekor sama dengan tikus rumah, jumlah putting susu
10, warna putih kehitaman, habitat ruamg tertutup di gudang/rumah,
telapak kaki 3 pasang berbantl terpisah.
Tikus pohon : hamper sama dengan tikus rumah, jumlah putting susu 10, warna putih keabuan, habitat dipohon/lading.
Pengendalian hama tikus dengan perangkap bubu.
Perangkap bubu merupakan satu cara pengendalian komponen fisik dan
mekanis, tekni ini merupakan gabungan dari penghalang Barier dan
perangkap. Perangkap dibuat sedemikian rupa meniru bubu perngakap ikan,
begitu tikus masuk makan tidak bisa keluar lagi.
Bahan Kawat strimin (lubang 1 cm), kawat strimin (lubang 0,5 cm), kawat
besar Diameter 3-4 mm, kawat kecil diameter 1 mm, plastic putih yang
tembus cahaya 14 %, kayu reng ukuran 2×3 cm tinggi 1 meter.
Cara membuatnya
1. Kawat besar 3-4 mm dibuat kerangka panjang 40 cm lebat dan tinggi 25 cm.
2. Kawat Strimin lubang1 cm di bentuk kotak sesuai dengan kerangka no 1
3. Strimin lubang 0,5 cmdibuat selongsong dengan ukuran disesuaikan
dengan lubang pada liang tikus pada bagian ujung mengerucut panjang 25
cm
4. Selongsong no 3 dipasang oada salah satu sisi yang ukuranya 25
cm denganbagian ujung diposisikan pada tengah-tengah kotak strimin
5. Semua pertemuan kawat kerangka dengan kawat strimin diikat dengan kawat strimin diameter 1 mm
6. Dibuat jendela pada salah satu sisi untuk mengeluarkan tikus yang tertangkap.
Cara memasangnya
1. Pemasangan pagar barier dari plastic degan menggunakan tiang dari kayu reng
2. Bentangkan plastic gara hasilnya lebih tegak, maka dibuat lebar
/tinggi 70 cm diatas tanah dan dibenamkan 25 cm jarak antara tiang 2
meter yang ditancapkan pada tanah
3. Setelah plastic terpasang mengelilingi petakan , plastic
tersebut diberi lubang yang disamakan dengan lubang selongsong bubu dan
dipilih tempat dimana tikusss sering lewat
4. Bubu di pasag pada bentangan plastic yang telah di lubangi
jarak antar bubu 20 meter dan bubu diletakan pada bagian dalam pagar
plastic
5. Diharapkan tikus yang akan masuk kepetakan dapat tertangkap dan
juga dipasang pada bagian luar diharapkan apabila tikus yang mau keluar
bisa tertangklap pula.
Cara pengefektifkan perangkap bubu
1. Perangkap bubu dipasang poada tempat dimana tikus sering lewat
2. Dilakukan pengamatan setiap pagi hari
3. Lakukan pengecekan dilahan karena perangkapbisa bergeser
4. Bahan pembuat perangkap harus dipilih bahan yang kuat
5. Pemasangan perangkap harus seawall mungkin
6. Dilaksanakan secara luas dan seimbang
7. Dikombinasikan dengan pengendalian hama yang lain dalam rangka PHT.
GULMA
A. PENGERTIAN
Gulma
adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait
dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma
menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui
kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies
tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma.
Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap
tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma. Macam-macam gulma Biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok:
- gulma teki-tekian
- gulma rumput-rumputan
- gulma daun lebar.
Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus untuk mengendalikannya.
Gulma teki-tekian
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4
yang menjadikannya sangat efisien dalam 'menguasai' areal pertanian
secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk
segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan
sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus moritimus.
Gulma rumput-rumputan
Gulma adalah sebagai
tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki tumbuh pada areal
pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan
tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan
melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya.
Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal gilma rerumputan (grasses),
teki-tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaf). Golongan gulma
rurumputan kebanyakan berasal dari famili gramineae (poaceae). Ukuran
gulma golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup
semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas
dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian
pada dua buku pada setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu
pelepah daun dan helaian daun., contoh gulama rerumputan Panicium
repens, Eleusine indica, Axonopus compressus dan masih banyak lagi.
Golongan teki-tekian kebanykan berasal dari famili Cyperaceae. Golongan
ini dari penampakanya hampir mirip dengan golongan rerumputan, bedanya
terletak pada bentuk batangnya. Batang dari golongan teki-tekian
berbentuk segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi
atau akar ramping didalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyprus
rotundus, Cyprus compresus. Golongan gulma berdaun lebar antara lain:
Mikania spp, Ageratum conyzoides, Euparotum odorotum. Berdaarkan habita
tunbuhanya, dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan
gulma yang hidu didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua
tahun, atau tahunan (tidak terbatas). Penyebaranya dapat melalui biji
atau dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum
conyzoides, Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus.
Gulma air merupakan gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air
dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung
dipermukaan air (Eichhorina crassipes, Silvinia) spp, gulma air yang
tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang
timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).
Gulma daun lebar
Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae
termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa
budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun
dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).
Daftar Gulma yang hidup pada hutan DIPTEROKARPA Indonesia
Pengendalian gulma
Pengendalian gulma merupakan
subjek yang sangat dinamis dan perlu strategi yang khas untuk setiap
kasus. Beberapa hal perlu dipertimbangkan sebelum pengendalian gulma
dilakukan:
- jenis gulma dominan
- tumbuhan budidaya utama
- alternatif pengendalian yang tersedia
- dampak ekonomi dan ekologi
Kalangan pertanian sepakat dalam mengadopsi strategi pengendalian gulma terpadu untuk mengendalikan pertumbuhan gulma. Agensi pengendali gulma dinamakan herbisida (herbicide).
B. PENGENDALIAN GULMA
1. Secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara
kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang
dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan
untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif
maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun
sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau
pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat
dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Selain itu manfaat
pengendalian ini memungkinkan pembasmian hingga mencapai daerah
perakaran. Keadaan ini akan mematikan gulma. Perkecambahan individu baru
gulma akan muncul relatif lebih lama setelah beberapa bulan
pengendalian dibandingkan cara pengendalian lainnya. Gulma yang terkena
racun herbida akan mati, dengan demikian individu produktif akan
berkurang, bahkan akan habis jika pengendalian dilakukan dengan cermat
dan akurat. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman,
mempunyai efek residu terhadap alam sekitar, selain itu penggunaan
khemikalia yang kurang tepat juga akan berdampak terhadap peningkatan
daya tahan individu gulma.. Sehubungan dengan sifatnya ini maka
pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir
apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk
berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup.
Pengendalian khemikalia sangat efektif untuk tujuan mematikan induk
penghasil benih, dan juga seedling-seedling muda.
Praktikum tentang
pengendalian gulma yang telah dilaksanakan adalah pengendalian cara
kimiawi dengan herbisida yaitu dengan penyemprotan. Tentang arah
penggunaan herbisida dengan alat penyemprotan dapat diberikan secara :
- langsung pada gulmanya
- langsung pada gulma yang tumbuh terpencar
- langsung pada gulma dalam larikan
- diberikan di atas tanaman
- diberikan pada keseluruhan tanaman dan gulma
Ada beberapa cara untuk
menentukan jumlah 1 semprotan per ha. Metode penyemprotan yang dirasa
agak tepat adalah penyemprotan yang telah diketahui ukurannya. Diawali
dengan tangki penuh dan pengukuran 1 yang diperlukan untuk mengisi
kembali tangki setelah penyemprotan sebuah ukuran luas yang diketahui, 1
per ha dapat dengan cepat dihitung. Ukuran dari luasan yang disemprot
membutuhkan luasan yang cukup untuk memberikan pengukuran yang tepat
dari semprotan yang dipergunakan. Perlu diperhatikan bahwa kecepatan dan
tekanan tidak boleh terlalu berbeda dengan penyemprotan lapang yang
sesungguhnya.
Penyemprotan membutuhkan
alat penyemprot dan larutan herbisida yang disemprotkan. Larutan
herbisida dapat pula ditentukan. Penentuannya dengan menghitung. Untuk
keperluan ini ditentukan beberapa pengertian tentang bahan aktif,
ekuivalen asam, ppm dan % kadar.
Sebelum penyemprotan,
tindakan yang penting untuk diingat adalah menjaga agar penyemprotan
secara myeluruh harus bersih. Jelasnya, tangki harus bersih dari bekas
penggunaan sebelumnya. Larutan harus homogen, kaliberasi seyogyanya
dilaksanakan beberapa kali.
2. Secara Biologis
Pengendalian
gulma secara biologi adalah pengendalia gulma dengan memanfaatkan
serangga hama yang dapat menghambat pertumbuhan gulma itu sendiri.
Serangga itu didatangkan ke suatu daerah/lingkungan yang baik untuk
pertumbuhannya. Dalam pengendalian ini, syarat yang diperlukan adalah :
- aktifitas dan penyebaran binatang tersebut
dapat diatur dan dikuasai.- harus monofag dan tidak ada inang alternatif
yang berupa tanaman budidaya.
- areal yang cukup luas
- harus aman
Syarat
tersebut harus diperhatikan, jagan sampai pengendalian serangganya
lebih sulit dari pada pengendalian gulma itu sendiri. Dan apabila syarat
tersebut telah dipenuhi, maka pengendalian biologi adalah cara yang
palig baik dan aman.
Beberapa contoh pengendalian gulma secara biologi :
- Mimosa pigra :
a. Acanthoscellides quadridentatus (Coleoptera : Chrysomelidae)
b. Carmenta mimosa (Lepidoptera : Sesiidae)
c. Chalcodermus serripes (Coleopetra : Curculionidae)
d. Sibinia spp. (Coleptera : Curculionidae), membentuk pupa dalam Mimosa dan dapat menyerang kuncup bunga.
- Chromolaena odarata
a. Pareuchaetes Pseudoinsulata (Lepidoptera : Arctidae)
menggerek : diluar jaringan (menggigit mengunyah)
menggorok : berada di dalam jaringan. Bagian daun yang terserang akan berwarna kuning dan pada akhirnya layu dan mati.
b. Pentispa expelanta ( Coleoptera : Chrysomelidae)
meletakkan telut pada permukaan jaringan
epidermis daun dan memakan daun, daun berbentuk seperti renda-renda
(larva). Mamakan daun dan batang (imago).
- Micania micrantha
a. Apion sp. (Coleoptera : Apionidae)
meletakkan telur pada bunga dan memakan kepala putik.
- Mimosa invisa
a. Psygidia walkeri (Lepidoptera : Cercophanidae)
memkan semua bagian tanaman
b. Scamurius sp. (Hemiptera : Coreidae)
menyerang pada vase vegetatif dan pembungaan.
3. Secara Fisik
Gulma yang selalu tumbuh di sekitar pertanaman (crop) mengakibatkan
penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut
membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya
sasaran produksi pertanaman pada umumnya. Pengendalian gulma hendaknya
dilaksanakan jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu.
Dengan pengalaman pengetahuan tersebut, pengendailan gulma dapat dibagi
menjadi beberapa golongan, yaitu dengan cara mekanik, biologis,
preventif, kultur teknis, ekologis, terpadu, kimiawi (Moenandir, 1988).
Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma
dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau
pertumbuhannya terhambat. Teknik pengendalian ini hanya mengandalkan
kekuatan fisik atau mekanik. Cara ini umumnya cukup baik dilkaukan pada
berbagai jenis gulma setahun, tetapi pada kondisi tertentu juga efektif
bagi gulma-gulma tahunan (Sukman dan Yakup, 1991).
Pencabutan dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan
merupakan cara yang praktis, efesien, dan terutama murah jika diterapkan
pada suatu area yang tidak luas, seperti di halaman, dalam barisan dan
guludan di mana alat besar sulit untuk mencapainya dan di daerah yang
cukup banyak tenaga kerja. Pencabutan dengan tangan ditujukan pada gulma
annual dan biennial. Untuk gulma perennial pencabutan semacam ini
mengakibatkan terpotong dan tertinggalnya bagian di dalam tanah yang
akhirnya kecambah baru dapat tumbuh. Pencabuatn bagi jenis gulma yang
terakhir ini menjadi berulang-ulang dan pekerjaan menjadi tidak efektif.
Pelaksanaan pencabutan terbaik adalah pada saat sebelum pembentukan
biji (Moenandir, 1988).
Pengendalian gulma secara manual merupakan salah satu teknik
yang sering diterapkan di perkebunan atapun pada budidaya tanaman
lainnya. Teknik ini mempunyai keunggulan, yaitu : (a) hasilnya cepat
terlihat, (b) mudah untuk dilaksanakan, (c) menghindarkan dampak polusi
lingkungan. Pada lahan-lahan yang sempit, pengendalian secara manual
memberikan hasil yang efektif dan efesien. Pengendalian secara manual
juga memiliki kelemahan, yaitu : (a) membutuhkan tenaga kerja yang
relatif banyak, (b) pada beberapa kondisi dapat menyebabkan tejadinya
erosi permukaan dan perlukaan akar.
Ada beberapa istilah dalam pengendalian secara manual, yaitu :
• Babat dumpes, pembabatan gulma dengan parang pada ketinggian 15-25 cm dari permukaan tanah.
• Babat merah, pembabatan gulma secara total sampai permukaan tanah terlihat.
• Dongkel Anak Kayu (DAK), yaitu melakukan pencabutan gulma hingga ke akarnya, dilakukan pada gulma-gulma berkayu.
PENYAKIT TANAMAN
A. PENGERTIAN
Kehidupan mahluk di dunia
ini selalu tergantung dari dunia tumbuhan secara langsung maupun tidak
langsung. Tumbuhan dapat memanfaatkan sumber energi matahari dan
mengolahnya bersama, zat-zat lainnya menjadi zat makanan yang sangat
berguna untuk mahluk hidup. Selain tumbuhan dapat menghasilkan bahan
pangan bagi rnanusia dan mahluk lainnya, juga melengkapi keperluan hidup
kita dengan bahan sandang dan papan serta bahan untuk keperluan hidup
lainnya.
Secara tidak langsung
tumbuhan berguna untuk mengatur tata air dalam tanah dan mempertahankan
kes uburan tanah terhadap bahaya erosi. Selain itu sebagai akibat proses asimilasi maka tumbuhan dapat mengisi kekurangan atmosfir akan zat oksigen.
Dengan demikian dapat dipahami
akan ketergantungan kehidupan kita akan tumbuhan. Dengan bertambahnya
jumlah penduduk dan sudah makin terbatasnya areal yang dapat
dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman yang berguna, maka dunia kita
menghadapi berbagai kesulitan untuk memenuhi keperluan hidup dan memberi
kesejahteraan penduduk dunia.
Untuk memenuhi kebutuhan
akan bahan pangan saja untuk penduduk dunia yang berjumlah 3 milyar pada
waktu sekarang kita telah mendapat kesulitan dan kita sudah dapat
membayangkan kesulitan yang akan kita hadapi pada tahun 2000 nanti
dimana penduduk dunia sudah meningkat lagi sampai sekitar 5 milyar
jumlahnya sedang luas areal pertanian makin terbatas. Keterbatasan ini
di sebabkan karena antara lain, perluasan pemukiman dan areal
perindustrian, adanya hutan lindung, banyak tanah yang rusak karena
salah pengelolaan dan sebagainya. Dengan demikian peningkatan produksi
pertanian diwaktu yang akan datang diharapkan dari penambahan hasil per
satuan luas dan per satuan waktu.
Berbagai usaha dibidang
pertanian telah dilakukan secara simultan seperti pemakaian jenis ungul,
pengairan yang cukup, pengerjaan tanah serta pemeliharaan tanaman yang
memenuhi persyaratan dan pemberantasan hama penyakit tumbuhan.
Kesemua tindakan tersebut perlu
mendapat perhatian yang sama. Karena jika tidak demikian, maka segi
yang kurang mendapat perhatian akan menjadi faktor pembatas termasuk
gangguan hama dan penyakit tumbuhan.
Gangguan terhadap tanaman telah
terjadi sejak berabad-abad lamanya. Dalam sejarah telah tercatat
berbagai kejadian yang telah mempengaruhi perekonomian negara seperti
antara lain.
· Penyakit daun kentang (Phytophtora infestans) di Irlandia pada pertengahan abad ke 19.
· Penyakit karat daun kopi (Hemileia vastatrix) di Srilangka, Indonesia dan negara-negara sekitarnya pada akhir abad ke 19
· Penyakit cacar daun teh (Exobasidium vexans) di India, Srilangka, Indonesia dan negara-negara disekitarnya pada pertengahan abad ke 20
· Penyakit denegerasi pada jeruk yang lebih terkenal dengan CPVD pada tahun 1950-an.
Selain itu masih banyak lagi
penyakit yang menjadi bahaya potensial diwaktu yang akan datang biak
yang sekarang sudah berada di negara lain dan belum rnasuk ke Indonesia
atau sudah berada di negara kita, tapi rnasih tergolong penyakit yang
belum mempunyai arti ekonomi penting. Gangguan tersebut akan masih
terasa jika digunakan kultivar tanaman tertentu secara luas dengan
teknologi maju. Banyak diantara kultivar tanaman yang dapat berproduksi
tinggi tidak tahan terhadap penyakit-penyakit penting. Atau walaupun
dapat diketemukan kultivar yang tahan hanya terbatas terhadap satu atau
beberapa macam penyakit saja sedangkan sering terjadi, satu macam
tanaman dapat terganggu pertumbuhannya oleh berbagai macam penyakit.
Gangguan penyakit tidak. saja terbatas di pertanaman, tetapi terdapat
pula diternpat penyimpanan, ditempat pemasaran dan sebagainya. Jadi akan
sangat berbahaya sekali usaha peningkatan produksi pertanian, tidak
memperhatikan terhadap kemungkinan adanya gangguan oleh penyakit
tumbuhan.
Menurut taksiran kasar di
Amerika Serikat kehilangan hasil bahan makanan oleh gangguan penyakit
berkisar sekitar 6 - 20 persen. Sebagai contoh dapat dikemukakan
taksiran kerugian pada tahun 1965 oleh penyakit di Amerika Serikat
setiap tahunnya untuk berbagai komoditi pangan sebagai berikut:
|
Kentang
|
24%
|
|
Gandum
|
28%
|
|
Buah-buahan
|
30%
|
|
Jagung
|
15%
|
|
Kacang-kacangan
|
22%
|
|
Bunga-bungaan
|
15%
|
|
Tebu
|
14%
|
|
Padi
|
6%
|
Khusus mengenai penyakit padi
yang banyak merugikan di Amerika Serikat ialah cendawan Piricularia
oryzae kemudian menyusul busuk akar yang disebabkan oleh berbagai
patogen, Helminthosporium oryzae, Coshiobolus miyabeanus, Cercospora oryzae, Leptospaeria salvini, Rhizoctonia oryzae, dan sebagainya.
Untuk negara-negara Asia
termasuk Indonesia besarnya kerugian produksi padi oleh gangguan hama,
penyakit dan tanaman pengganggu keseluruhannya berjumlah sekitar 57
persen sedangkan kerugian oleh penyakit sendiri sebesar 10 persen.
Diantara negara Asia hanya Jepang yang telah dapat menekan kerugian oleh
gangguan tersebut hingga 13 persen termasuk kerugian oleh penyakit
sendiri sebesar 4 persen.
Jika keadaan lingkungan
memungkinkan untuk perkembangan penyakit, maka kerugian akan lebih besar
lagi sehingga dapat menggagalkan panen. Banyaknya kerugian karena
penyakit ini disebabkan antara lain, karena kemungkinan penggunaan benih
yang kurang baik, pemeliharaan tanaman yang tidak memadai, cara
penyimpanan dan pengangkutan ying kurang sempurna, serta kurangnya usaha
penanggulangan penyakit.
Akibat dari kerugian penyakit
tumbuhan tersebut tidak saja mempengaruhi bidang ekonomi, tapi jika
menyangkut kepentingan masyarakat luas akan mengakibatkan ketenteraman
hidupnya terganggu. Dengan demikian perlu selalu diperhatikan terhadap
kemungkinan terjadinya gangguan dibidang produksi pertanian termasuk
gangguan yang disebabkan oleh penyakit tumbuhan.
B. PENGENDALIAN
- Pembasmian hama dan penyakit tanaman secara mekanik
Adapun contoh cara pembasmian hama dan penyakit tanaman secara mekanik pada beberapa kasus seperti:
a) mengatasi serangan hama tikus dengan cara Membongkar dan menutup
lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya, selain itu
dapat dengan cara menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai
dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bagi tikus
untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
b) Mengatasi hama wereng, dengan pengaturan pola tanam, yaitu
dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran
tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng
dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2
bulan.
c) Mengatasi hama ulat, yaitu dengan menggenangi tempat persemaian
dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas
sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi, atau dengan membuang telur
– telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
d) Mengatasi hama tungau, Hama ini dapat diatasi dengan cara
mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan
dibakar.
e) Penyakit pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzea, penyakit yang menyebabkan daun pedi menguningb disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea, Penyakit yang disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica
yang kadang – kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga
biji menjadi keropos dan akhirnya mati, semuanya dapat dibasmi dengan
cara memisahkan tanaman yang terserang penyakit. Namun hal ini harus
dilakukan sejak dini sebelum penyakit menyebar ketanaman yang da
disekitarnya.
f) Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan
dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup
berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan
cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan.
Penanaman menggunakan bibit unggul akan membantu tanaman untuk bertahan
dari segala penyakit tanaman.
g) Mengusahakan tanaman selalu dalam kondisi prima atau sehat
dengan cara tercukupi segala kebutuhan zat haranya, sebagia salah satu
cara menghindarkan tanaman dari penyakit
h) Memperhatikan tumbuhan sesering mungkin sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin.
2. Pembasmian hama dan penyakit tanaman secara biologis
Adapun pengendalian hama dan penyakit secara biologis yaitu pada beberapa kasus
seperti:
a) membasmi hama tikus dengan menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular, elang, dan lain-lain.
b) Pengandalian hayati hama wereng dengan menggunakan musuh alami nya, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata
c) Pengendalian hayati hama walang sangit dengan cara melepaskan
predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat
menginfeksi walang sangit.
d) Memelihara burung, semua burung tam`n kecil berkontribusi untuk
menjaga kebun Anda dari siput dan ulat. Burung tidak cocok untuk daerah
persawahan.
e) Katak dan kodok adalah pengendali yang sangat baik – terutama
semut, tetapi jika Anda meletakkan ke kebun anda, ingatlah bahwa,
mereka amfibi dan memerlukan akses ke air bersih dan lingkungan yang
lembab, dan dengan kulit berpori mereka, sangat rentan terhadap bahan
kimia
f) Menanam bawang putih akan melindungi tanaman lainnya yang ada
disampingnya. Hama dari segala jenis akan menjauh. Namun Jangan tanam
kacang berdekatan dengan bawang putih
g) Menanam tomat dekat dengan Basil akan mengusir cacing dan lalat.
h) Untuk melindungi kubis, kembang kol, brokoli, dan kubis Brussel dari ngengat kubis, gunakan mint, sage, dill, dan thyme. Pengecualian, Jangan dekatkan tanaman kubis dengan stroberi.
i) Untuk membasmi penyakit tanamn dapat menggunakan pestisida
biologis, seperti pestisida yang terbuat dari biji buah jarak, dan Getah
Nimba yang bias cdidapat dengan cara memeras pohon nimba atau – indica
Juss Azadiracta – tepatnya.
Pada dasarnya akan ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk melindungi
tanaman anda dari hama dan penyakit tanaman tanpa harus menggunakan
Pestisida. Gunakan Pestisida sebagai cara terakhir untuk membasmi hama
dan penyakit tanaman. Serta patuhi tata cara penggunaan pestisida itu
sendiri.