MENUJU
PEMERINTAHAN
Menciptakan tata pemerintahan yang
bersih, sejahtera dan maslahat merupakan salah satu agenda penting dalam pembangunan daerah.
Agenda tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik,
antara lain: keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi, menjunjung
tinggi supremasi hukum, dan membuka partisipasi masyarakat yang dapat menjamin
kelancaran, keserasian dan keterpaduan tugas dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu diperlukan langkah-langkah kebijakan
yang terarah pada peningkatan kualitas pendidikan dengan pembenahan pekerja
dalam pemerintahan .
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah
bila
di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain.
Hal-hal yangmenjadi penyebab adalah standardisasi pendidikan yang masih kurang optimal.Indikatornya jelas, yang salah satunya disebabkan oleh lemahnya karakter
dari para siswa. Sudah menjadi hal biasa ketika siswa berani mencontek pada
saat ujian berlangsung . Hal ini tentu sangat disayangkan dan dapat
membahayakan nasib bangsa dimasa mendatang . Banyak siswa yang tertekan ketika nilainya rendah karena akan mendapat
ocehan dari orangtuanya atau dimarahi guru . Sehingga ia melakukan cara apapun
baik halal bahkan tidak agar mendapat nilai yang tinggi . Kasus seperti ini
perlu diatasi lebih lanjut. Seharusnya kita sebagai generasi muda sadar bahwa
bukan nilai yang perlu diperjuangkan, melainkan ilmu yang bermanfaat. Saya
sendiri kadangkala merasa berontak, merasa heran dengan metode pendidikan di
indonesia. Saya masih belum mengerti kenapa seringkali saya diharuskan untuk
mencocokkan teori ? bukannya dituntutuntuk menghasilkan teori baru atau
membenarkan teori yang lama . Bukankah hal ini termasuk pembatasan kemampuan
berfikir siswa? Atau kenyataannya pada saat ini ketika saya disekolah adalah
teori yang orang lain buat adalah benar dan ketika teori kita tidak sesuai
dengan teori yang kita buat , maka kita salah . Jika kita terus terusan
berfikir seperti ini dan jika kita tidak dapat mengendalikan diri kita, tentu
saja akan terdapat kecurangan kecurangan yang berlanjut . Kasus contek mencotek
adalah salah satu bibit bibit timbulnya generasi muda yang tidak berkarakter
yang berpengaruh terhadap nasib bangsa di tahun mendatang . Khususnya generasi
muda pasuruan . Siapa lagi kalau bukan kita yang memimpin bangsa ini kelak ?Sekolah
tidak lebih menghasilkan ahli sejarah yang pandai menghafal tetapi tidak pandai
berpikir. Bayangkan saja kita harus menghafal rumusan dan teori-teori yang
ditemukan bertahun-tahun lalu tanpa pernah berpikir perlukah teori tersebut dipraktikkan
? Padahal jaman selalu berubah dengan cepat. Apa yang terjadi di masa lalu bisa
jadi sudah tidak dapat kita pakai lagi. Kita belajar hanya dituntut untuk
menjadi seorang pembaca koran, tetapi bukan pembuat berita. Kita
dibuat untuk menghafal sejarah, tetapi bukan untuk membuat sejarah.Sekolah yang
sifatnya kaku dan konvensional tidak dapat lagi menghadapi pemikiran manusia
yang terus berkembang dan profesi yang semakin beragam. Benar-benar tahun yang
sia-sia jika bertahun-tahun sekolah pertanian tetapi kerja di perbankan.
Lulusan MIPA tetapi malah jadi penulis komik atau bahkan menjadi model. Untuk
apa kita sekolah kalau selama ini yang kita dapat hanyalah omong kosong belaka.
Mungkin jawaban untuk semua itu adalah: kepantasan.
Dan sudah seharusnya ada suatu
tindakan untuk membentuk mental para siswa menjadi lebih baik dengan
metode pendidikan yang sesuai . Seperti yang sudah selama ini
mencuat dalam beberapa tahun terakhir. Pendidikan karakter menjadi hal yang
banyak diperbincangkan. Melalui pendidikan karakter tersebut diharapkan
nantinya siswa dapat membentuk karakter – karakter yang kuat, seperti disiplin,
mandiri, agamis, potensial dan bertanggung jawab.
Dari
berbagai cara tersebut, maka pendidikan karakter sebenarnya dapat diajarkan
dengan mengambil contoh dalam kehidupan sehari – hari. Dengan demikian, jika
pendidikan karakter dapat diterapkan dengan baik di sekolah. Maka hal tersebut
mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui pendidikan karakter
yang berkesinambungan. Karena dengan terbentuknya karakter yang kuat dari siswa
maka minat untuk terus memperbaiki diri menjadi lebih baik semakin besar.
Sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap kemajuan bangsa Indonesia
menuju bangsa yang berkeadilan dan berkarakter kuat.
Jika
diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar
mengukur keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat
ditengah jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang
anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong
orang tersebut, entah memberikan uang ataupun mengantarnya ke tujuannya.
Pertanyaan saya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi
seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan
karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku
yang dikehendaki. Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran
tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah,
kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru
menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya
catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa
situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal
ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih
maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna.
Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya
mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi
mendalam untuk membuat rentetan Moral Choice (keputusan
moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang
praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu
menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Menurut
Helen Keller (manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe
College di tahun 1904) “Character cannot be develop in ease and quite. Only through
experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared,
ambition inspired, and success “.
Untuk
mewujudkan cita cita pasuruan juga diperlukan pemimpin pemimpin yang memiliki
etos kerja , pemimpin pemimpin dalam pemerintahan yang memiliki watak jujur.
Sebagai warga pasuruan, akanlah janggal apabila kita tidak meneladani figur
pasuruan yang pernah memimpin masyarakat , kita mengenalnya dengan nama KH
Abdul Hamid. Seseorang yang sudah banyak dikenal oleh warga Pasuruan , yaitu KH
. Abdul Hamid, Seperti halnya para wali sejati, beliau menjadi tiang penyangga
masyarakatnya, tidak hanya di Pasuruan, tetapi juga di tempat-tempat lain. Beliau
adalah saka guru moralitas bagi warga pasuruan dahulu, beliau memimpin warga
lillahi ta’ala , dan memimpin karena amanaH. Alangkah baiknya apabila pekerja
dalam pemerintahan pasuruan bekerja karena Allah , bekerja karena amanah ,
karena keikhlasan , seperti yang dilakukan oleh KH Abdul Hamid . Selain itu
beliau juga sabar dan hormat kepada siapapun , melayani masyarakat dari yang kaya
hinga miskin, dari rakyat jelaata sampai rakyat berpangkat . Semuanya ia layani
tanpa membeda bedakan, sehingga banyak yang menangisi kepergiannya. Sabtu 9
Rabiul Awal 1403 H bertepatan dengan 25 Desember 1982 M, menjadi awal berkabung
panjang bagi masyarakat muslim.
Hari itu saat ayam belum berkokok, hujan tangis memecah kesunyian di dalam
rumah di dalam komplek Pondok Pesantren Salafiyah, setelah jatuh anfal beberapa
hari sebelumnya dan sempat dirawat di Rumah Sakit Islam Surabaya, karena
penyakit jantung akut, beliau menghembuskan nafas terakhir, meninggalkan tiga
orang anak: Nu’man, Nasih dan Idris.Umat pun menangis, gerak hidup di Pasuruan
seakan berhenti, bisu, oleh duka yang dalam. Ratusan ribu orang berduyun-duyun
membanjiri Kota Pasuruan, memenuhi relung-relung masjid Agung Al-Anwar dan
alun-alun kota, memadati ruas-ruas dan gang-gang jalan yang membentang di
sekelilingnya. Mereka dalam gerak serentak, mengangkat tangan sambil
mengucapkan “Allahu Akbar” empat kali dalam salat jenazah yang diikuti jemaah
oleh jumlah yang luar biasa. Namun kepergian KH Abdul Hamid
bukanlah menjadi hambatan bahwa Pasuruan tidak bisa mewujudkan pemerintahan
yang bersih, sejahtera, dan maslahat . Dengan memerbaiki kualitas pendidikan
dan pembenahan karakter pekerja dalam pemerintah bukan tidak mungkin
Pemerintahan Pasuruan disebut sebagai pemerintahan yang bersih, sejahtera, dan
maslahat untuk masyarakat.
0 comments:
Post a Comment